Selasa, 21 Februari 2017

GURU SEJATI



ORANG KOPLOK GURU SEJATI
Pain make a man think.
Thought makes a man wise.
Widom make life endurable.

Derita membuat orang berpikir.
Berpikir membuat orang bijakana.
Bijakana membuat hidup bisa ditanggung.
-Rev. Jhon Patrick
Orang-orang Koplok yang senantiasa menyulitkan kita diluar prakiraan ternyata jutru bisa menjadi guru sejati.  Jelas ini merupakan paradoks. Bagaiamana mungkin? Bukankah mereka sering membuat kita pusing, ribet, stres, dan tergganggu? Kenapa kini malah bisa berubah jadi guru dan mengajari kita bayak hal mengenai hidup?
Ciri ciri orang koplok antara lain sering menyusahkan orang, merepotkan orang dan menyakitkan hati kita.
Ada banyak orang seperti ini disekitar kita.  Ini kalau dilihat dari satu perspektif.  Dari perspektif lain orang koplok sebenarnya juga bermaafaat.Mereka bahkan bisa memberi pelajaran yag mustahil diberikan oleh orang baik.
Semua itu bisa terjadi  karena orang koplok mampu memberi learning eksperience -sebuah pembelajaran melalui pengalaman kepada kita.  Menariknya, pembelajaran tersebut jauh lebih efektif ketimbang pembelajaran yang kita dapat dari orang baik.  Mengapa demikian? Ada alternatif Jawaban yaitu pertama mereka bisa membuat kita marah, kesal dan sakit hati. Persaan sejenis ini sulit hilang.  Ia masuk kedalam pikiran kita Membekas. Mungkin kita malah memikirmya berhari-hari.
Kedua Mereka mengajarkan kita tentang apa arti kehidupan, yang mana didalam kehidupan tidak selamanya merasakan kebahagian. dari sinilah orang koplok mengajarkan kita kesedihan, kesedihan itulah yang membuat kita berpikir, dan berpikir membuat kita bijaksana, bijaksana membuat hidup bisa ditanggung.
Tentu saja saja ini berbeda dengan pengalaman menyenangkan yang kita peroleh dari orang baik.  Perasaan senang biasanya terekam sebentar dalam memori, bahkan pengalaman yang diberikan oleh orang baik kita akan lupa. sekarang senang besok lupa. Pasti kalain pernah berkata seperti ini “ Cobalah kamu liat satu kali saja perrbuatan baik aku.  Perkataan itu menunjukan bahwa bayak orang melupakan kebaikan. Penelitian yang saya lakukan ketika mengajarkan kepada anak anak kecil dirumah.  Saya sering meminta kepada anak anak kecil untuk mengingat-ingat peritiwa ketika mereka diremehkan orang lain.  Ternyata banyak anak-anak kecil yang menceritaka peristiwa yang sudah lama sekali terjadi.  Anehnya, mereka masih ingat persis kejadianya.  Ini sekali lagi menunjukan bahwa peristiwa negatif bertahan lama dari pada peristiwa poitif.  Karena bertahan lebih lama, ia lebih bisa memberikan pelajaran kepada kita.  Luka dari pengalaman buruk sering amat membekas.  Luka ini sulit hilang dan bahkan sering terbawa sampai bertahun-tahun lamaya.  Disaat senggang tanpa kegiatan tertentu pun peristiwa tersebut bisa muncul begitu saja dipikiran kita.  Begitu teringat, perasaan sakit pun kembali terasa seakan-akan kita baru saja mengalaminya, padahal kenyataanya peristiwa tersebut sudah terjadi beberapa tahun lalu.

Mengapa saya sangat membeci orang yang selingkuh
Saya pernah mendapakan pelajaran berharga dari orang orang koplok, yaitu tentang perselingkuhan.  Dulu saya pernah diselingkuhi oleh pacar saya, setiap hari saya telah dibohongi dan saya dipaksa harus percaya kepadanya.  Tentu saja saya sangat tahu bahwa selingkuh itu perbuatan buruk.  Orang tua saya sudah mengajarkan hal itu kepada saya sejak kecil. Dalam agamapun selinghkuh itu dilarang. Ketikadi pesantren dan di sekolah saya diajarkan supaya menjadi orang baik.

MUDAH MARAH
Menurut psikologi, terdapat beberapa rumusan tentang marah, di antaranya: marah yaitu perubahan dalam diri atau emosi yang dibawa oleh kekuatan dan rasa dendam demi menghilangkan gemuruh di dalam dada, hingga mereka berkata dalam definisinya: kemarahan yang teramat sangat. Ada beberapa pengertian marah yang diutarakan pakar misalnya:
Menurut C.P. Chaplin, Anger (marah, murka, berang, gusar; kemarahan, kemurkaan, keberangan, kegusaran) adalah reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustrasi, dan dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik; dan secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatis atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan.
Menurut al-Jurjani yang dikutip Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, marah adalah perbuatan yang terjadi pada waktu mendidihnya darah di dalam hati untuk memperoleh kepuasan apa yang terdapat di dalam dada.
Menurut Muhammad Utsman Najati, marah adalah emosi alamiah yang akan timbul manakala pemuasan salah satu motif dasar mengalami kendala. Apabila ada kendala yang menghalangi manusia atau hewan untuk meraih tujuan tertentu dalam upaya memuaskan salah satu motif dasarnya, maka ia akan marah, berontak, dan melawan kendala tersebut. Ia juga akan berjuang untuk mengatasi dan menyingkirkan kendala tersebut hingga ia bisa mencapai tujuan dan pemuasan motifnya.
Menurut Mawardi Labay El-Sulthani, marah adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dari dalam diri yang dilampiaskan menjadi suatu perbuatan untuk membalas kepada orang yang menyebabkan marah.
Dari berbagai pengertian marah tersebut, disimpulkan bahwa marah adalah gejolak emosi yang diungkapkan dengan perbuatan atau ekspresi untuk memperoleh kepuasan.
Marah merupakan reaksi terhadap sesuatu hambatan yang menyebabkan gagalnya suatu usaha atau perbuatan, biasanya bersamaan dengan berbagai ekspresi perilaku. Marah merupakan pernyataan agresif, perilakunya mengganggu orang yang dimarahi bahkan orang-orang disekitarnya. Marah yang bersangatan adalah suatu penyakit.
Sesungguhnya amarah adalah sifat, bahkan bisa dikatakan sebagai perasaan yang penting bagi manusia, karena ia dapat membangkitkan gelora perjuangan juga semangat pengorbanan dalam membela kebenaran, menegakkan keadilan dan meraih kemenangan. Pentingnya sifat ini terlihat nyata, misalnya dalam semangat perjuangan membela aqidah dan keimanan, memelihara jiwa raga, harta dan kehormatan. Oleh karenanya, barangsiapa yang kehilangan sifat ini maka ia akan menjadi bahan hinaan, ejekan dan pelecehan di antara sesamanya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar